Tak Tepat Melakukan Diagnosis Diri, Bagaimana Kiat Mencegahnya?

Bertanya kepada orang terdekat yang bukan ahli medis tentang cara menyembuhkan penyakit agaknya ada dalam kehidupan sehari-hari.

Teman yang pernah memiliki gejala sama akan memberitahu cara atau obat untuk kesembuhan.

Setelah itu muncul tindakan diagnosis diri atau self-diagnosis.

Ciri diagnosis diri juga mencari gejala dan cara menyembuhkannya melalui Internet.

Mengutip dari Psychology Today, diagnosis diri akan tak bisa diandalkan dibandingkan dari seorang ahli medis.

Sebab, itu berkaitan tingkat kredibilitas para profesional sehubungan dengan pengalaman pelatihan.

Survei YouGov menemukan, lebih dari separuh orang dewasa di Inggris 51 persen melakukan diagnosis sendiri saat merasa tidak sehat.

Itu termasuk pula gejala masalah kesehatan yang memerlukan bantuan medis.

Ada juga tes skrining daring yang dilakukan orang mengisi kuesioner dengan gejala mereka untuk melihat kriteria untuk diagnosis.

Ketika salah mendiagnosis sendiri gejala yang dialami, ada kemungkinan mencoba menyembuhkan kondisi melalui diet, obat bebas, atau metode lain.

Cara itu rentan membuat kondisi yang sebenarnya makin rumit.

Jika mengatasi gejala tertentu sambil mengabaikan sumber gejala dasarnya, gangguan kesehatan mental atau fisik bisa makin memburuk.

1.

Mengutip publikasi Bahaya Melakukan ‘Self Diagnosis’ Gangguan Jiwa, dalam laman Kementerian Kesehatan tidak melakukan tes kesehatan jiwa dari sumber yang tak kredibel 2.

Menghindari melihat konten di media sosial seperti Tiktok, Instagram, Youtube dan lain-lain yang mengarah ke self diagnosis 3.

Tidak membandingkan gejala yang dialami dengan orang lain 4.

Segera mengonsultasikan kepada ahli kesehatan fisik maupun mental jika merasa mengalami hal yang tidak biasa.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *