Jakarta -Banyak di antara kita yang sering salah kaprah membedakan antara sifat perfeksionis dan gangguan obsessive compulsive disorder atau OCD.
Namun pada faktanya kedua hal tersebut adalah hal yang berbeda.
Jika kesalapahaman ini terus terjadi secara meluas, tentu akan ada salah paham secara terus-menerus.
Maka dari itu berikut adalah penjelasan mengenai pengertiannya, tanda-tandanya, sampai efek dampaknya ke individu di masing-masing hal tersebut.
Dalam laman psychcentral.com, OCD merupakan kondisi gangguan kesehatan mental yang melibatkan pikiran atau obsesi seseorang yang berulang, namun perilaku tersebut sesuatu yang tidak diinginkan berulang atau kompulsi.
Dengan kata lain, kompulsi merupakan cara untuk meredakan kecemasan untuk sementara.
Namun hasil dari aktivitas tersebut secara jangka pendeknya akan meninggalkan satu siklus obsesi dan kompulsi.
Tentu hal ini akan menjadi tantangan tersendiri bagi seorang OCD untuk melakukan aktivitas kesehariannya.
Dengan contoh ketika seseorang terlalu mengkhawatirkan pikiran tentang kuman yang ada di sekitarnya.
Dampaknya membuat penderita gangguan untuk memaksan rutin mencuci tangan secara berlebihan.
Bahkan gangguan ini membuat seseorang wajib mengatur objek dari urutan tertentu yang bertujuan untuk menghindari ketidaknyamanan atau bahaya.
Dalam tahap yang lebih memburuk, OCD akan mengganggu kehidupan seseorang dengan memakan waktu seseorang setidaknya satu jam setiap hari, dan tidak terkendali.
Adapun penyebabnya yang dapat diketahui.
Misalnya dari masalah autoimun, bawaan genetik, perilaku, kognitif, sampai terkait dengan lingkungan sekitar.
Namun diagnose tersebut perlu dilakukan terlebih dahulu oleh seorang ahli psikologi yang tersertifikat.
Berbeda dengan OCD, perfeksionime merupakan cara seseorang untuk mentapkan sesuatu dengan standar mereka sendiri yang umumnya tinggi.
Dilansir dari Healthline, seseorang perfeksionis merasa sesuatu yang telah dilakukan selalu tidak pernah cukup baik.
Maka dari itu, mereka akan mencari selalu kesempurnaan.
Jika OCD melakukan sesuatu karena suatu obsesi yang tidak diinginkan, maka perfeksionis mempunyai pandangan bahwa obsesi dilakukan untuk mencapai suatu hal.
Sikap ini dapat terjadi di setiap kalangan, baik anak-anak, remaja, hingga orang tua.
Perfeksionis dalam tahap tertentu dapat menjadi motivator yang baik, namun terkadang menganggu kesehatan mental seseorang.
Misalnya ketika seseorang harus selalu memiliki pekerjaan yang diinginkan.
Namun jika tidak, maka dapat berpotensi menyebabkan kecemasan, gangguan makan, dan melukai diri sendiri.
Demikian perbedaan gangguan OCD dan perfeksionisme.