Food Bank Bandung menggaet beberapa komunitas untuk menggalang donasi makanan surplus bagi warga tidak mampu.
Setidaknya ada sepuluh kelompok yang bergabung dengan organisasi nirlaba itu guna mendukung International Day of Awareness of Food Loss and Waste 29 September.
“Kami tidak pernah lama-lama menyimpan, setiap minggu selalu dibagikan,” kata Gendis Ayu Satiti Irawan, akhir September 2022.
Dia dan suaminya, Muchammad Gumilang Pramuwidyatama, mengelola Food Bank Bandung yang mulai bergerak sejak awal pandemi Covid-19 lalu.
Mereka mendirikannya dengan nama Yayasan Akses Mandiri Pangan yang disahkan notaris pada Maret 2020.
Kini markas sekaligus rumah tinggalnya pindah ke Jalan Cijagra, Kota Bandung, dari alamat sebelumnya di Jalan Derwati Mas.
Setiap akhir pekan, pada Sabtu dan Minggu dari sekitar pukul 09.00-15.00 WIB, para relawan berdatangan dari sekitar Bandung juga Jakarta.
Mereka membantu untuk memilah dan menyortir donasi pangan dari individu maupun perusahaan sebelum dibagikan.
“Jumlah relawan ada sekitar 25 orang, sekarang ada tambahan baru 10 relawan,” kata Gumilang.
Para relawan berasal dari kalangan pekerja profesional di lembaga swadaya masyarakat, badan usaha milik negara, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Selain itu penggalangan donasi juga diperluas.
Sejak 26 September hingga 7 Oktober 2022, mereka menggaet sepuluh kelompok dari kalangan mahasiswa dan dosen berbagai kampus seperti Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjadjaran, untuk mendukung International Day of Awareness of Food Loss and Waste.
“Sekitar 200-300 orang bergabung dalam kegiatan ini,” ujar Gumilang.
Kegiatan bertajuk Food Rescue, Save Food, Share Happiness, itu berupa pengumpulan bahan makanan yang berlebih di rumah untuk diserahkan ke kotak donasi.
Barangnya berupa sembako seperti beras, minyak goreng, mi instan, kornet, sarden, mentega, saus, tepung terigu, kecap, garam.
Kemudian bisa juga susu, teh, kopi, minuman serbuk, sirup, lalu biskuit, sereal, makanan ringan, dan makanan kemasan lainnya.
Bahan pangan yang terkumpul dari sepuluh komunitas itu dibawa ke tempat Food Bank Bandung untuk dipilah dan disortir.
Sejauh ini jumlah penerima lebih dari 500 orang dan penambahannya terus berproses.
Sasarannya yaitu lembaga kesejahteraan sosial anak dan lanjut usia atau panti asuhan dan panti jompo, sekolah darurat bagi anak jalanan, dan warga binaan.
Di luar itu, sepuluh komunitas mitra bisa mencari sasaran sendiri seperti penyapu jalan, dan warga miskin lainnya di wilayah sekitar Bandung.
Sesuai jumlah donasi, umumnya pangan yang diberikan habis untuk dimakan sekali atau sehari.
Misalnya paket biskuit dan makanan ringan untuk sekolah darurat yang bisa dimakan di jam istirahat.
Sementara susu untuk bayi bisa untuk beberapa hari.
Gumilang menyebut kegiatan itu sebagai estafet makanan.
Setidaknya Food Bank Bandung sudah membagikan 883 kilogram makanan ke 465 orang dan menyelamatkan 579 kilogram potensi makanan.
Kampanye berdonasi bahan pangan surplus mereka lakukan lewat akun media sosial seperti di Facebook, dan Instagram.
Gendis pun menjelaskan aksi sosial itu tiap kali diundang menjadi narasumber atau pembicara diskusi daring seperti webinar.
Cara lain lewat pendekatan personal atau pertemanan, yang membuat Finda misalnya, kepincut bergabung.
“Sejak awal pandemi, ketika itu merasa urgent karena orang susah cari makan,” kata perempuan berusia 33 tahun itu.
Finda mengetahui aktivitas Food Bank dari akun media sosial Gendis sejak masih di Belanda.
Mengaku iseng pada awalnya, Finda menggunakan pengumpulan bonus poin dari hasil belanja di toko daring untuk berdonasi.
Pegawai startup di bidang teknologi medis itu mengkalkulasi poin dengan harga susu bayi ekonomis.
“Kalau poinnya dijajanin, bisa ada keluarga yang enggak perlu mikirin susu anaknya selama sepuluh hari,” ujarnya, Senin, 27 September 2022.
Pola seperti itu masih dilakoninya sampai sekarang dengan jumlah alokasi donasi sekitar Rp 100 ribuan.
Secara rutin setiap bulan, dia mengirim kebutuhan yang diperlukan Gendis.
Awalnya dia ingin mengirim bubur bayi, namun diganti susu.
“Kalau ada rejeki lebih ditambah, masak pakai poin toko online terus,” kata Finda.
Setelah gajian, biasanya dia mulai mencari susu bayi atau produk lain yang sedang dibutuhkan di toko daring untuk dikirim ke alamat Food Bank Bandung.
ANWAR SISWADI