Buat yang sedang patah hati, jangan khawatir.
Hormon oksitosin, yang sering disebut hormon cinta, dapat membantu menyembuhkannya.
Dalam sebuah studi baru tentang ikan zebra dan sel manusia, para ilmuwan menemukan hormon yang dibuat otak dapat membantu regenerasi jaringan jantung setelah cedera dan secara teori, suatu hari nanti dapat digunakan dalam pengobatan serangan jantung, menurut para peneliti.
Karena penelitian dilakukan di tangki ikan dan piring laboratorium, bagaimana pun perawatan teoritis ini masih jauh dari realisasi.
Oksitosin dijuluki hormon cinta karena perannya dalam menjalin ikatan sosial dan kepercayaan di antara manusia dan kadarnya sering meningkat ketika orang berpelukan, berhubungan seks, atau orgasme.
Namun, apa yang disebut hormon cinta juga punya banyak fungsi lain dalam tubuh, seperti memicu kontraksi saat melahirkan dan meningkatkan laktasi sesudahnya.
Oksitosin juga membantu menjaga sistem kardiovaskular dari cedera dengan menurunkan tekanan darah, mengurangi peradangan, dan menyebarkan radikal bebas, produk sampingan reaktif dari metabolisme sel normal, menurut tinjauan tahun 2020 dalam jurnal Frontiers in Psychology.
Penelitian yang diterbitkan 30 September 2022 di jurnal Frontiers in Cell and Developmental Biology, menyoroti manfaat potensial lain dari oksitosin.
Setidaknya pada ikan zebra, hormon ini membantu jantung menggantikan kardiomiosit, sel otot yang menggerakkan kontraksi jantung, yang terluka dan mati.
Hasil awal pada sel manusia mengisyaratkan oksitosin dapat merangsang efek serupa pada manusia jika diberikan dalam waktu dan dosis yang tepat.
Jantung memiliki kemampuan yang sangat terbatas untuk memperbaiki atau mengganti jaringan yang rusak atau mati, para penulis penelitian mencatat dalam laporan mereka.
Tetapi, beberapa penelitian menunjukkan setelah sakit, seperti serangan jantung, sebagian sel di membran terluar jantung yang disebut epikardium memakai identitas baru.
Sel-sel ini bermigrasi ke lapisan jaringan jantung tempat otot berada dan berubah menjadi sel seperti batang, yang kemudian dapat berubah menjadi beberapa jenis sel jantung, termasuk kardiomiosit.
Memperbaiki jantungProses ini sebagian besar telah dipelajari pada hewan dan ada beberapa bukti yang menunjukkan itu juga dapat terjadi pada manusia dewasa.
Sayangnya, jika benar-benar terjadi pada manusia, tampaknya proses itu berlangsung tidak terlalu efisien dan dalam sel terlalu sedikit untuk menghasilkan regenerasi jaringan yang berarti setelah serangan jantung, kata penulis penelitian.
Dengan entah bagaimana mendorong lebih banyak sel epikardial untuk berubah menjadi kardiomiosit, para penulis berteori para ilmuwan dapat membantu jantung membangun kembali dirinya setelah cedera.
Penulis penelitian menemukan mereka dapat memulai proses ini dalam sel manusia di cawan laboratorium dengan memaparkan pada oksitosin.
Mereka juga menguji 14 hormon buatan otak lainnya tetapi tidak satu pun yang dapat membujuk sel-sel ke keadaan seperti batang yang diinginkan, yang diperlukan untuk membuat kardiomiosit baru, menurut pernyataan itu.
Tim kemudian melakukan eksperimen lanjutan pada ikan zebra, keluarga ikan kecil yang dikenal karena kemampuannya yang mengesankan untuk meregenerasi jaringan di tubuhnya, termasuk otak, tulang, dan jantung.
Tim menemukan dalam tiga hari setelah cedera jantung, otak ikan mulai memompa oksitosin, memproduksi hingga 20 kali lebih banyak daripada sebelum cedera.
Hormon tersebut kemudian melakukan perjalanan ke jantung, terhubung ke reseptornya, dan memulai proses transformasi sel epikardial menjadi kardiomiosit baru.
Eksperimen ini memberikan petunjuk awal oksitosin mungkin memainkan peran kunci dalam perbaikan jantung setelah cedera dan dengan meningkatkan efeknya, para ilmuwan dapat mengembangkan perawatan baru untuk meningkatkan pemulihan pasien setelah serangan jantung dan mengurangi risiko gagal jantung di masa depan, para penulis menyimpulkan.
Perawatan ini mungkin termasuk obat-obatan yang mengandung oksitosin atau molekul lain yang dapat dihubungkan ke reseptor hormon.
“Selanjutnya, kita perlu melihat oksitosin pada manusia setelah cedera jantung,” kata penulis senior Aitor Aguirre, asisten profesor di Departemen Teknik Biomedis Universitas Negeri Michigan, dalam pernyataannya.
“Secara keseluruhan, uji praklinis pada hewan dan uji klinis pada manusia diperlukan untuk maju.”